SELAMAT DATANG, BERIKAN TANGGAPAN ANDA DENGAN BERKOMENTAR..


Monday, March 9, 2015





Dalam merebut kemerdekaan dari para penjajah, para pemuda pada zaman kolonialisme bersusah payah dengan mempertaruhkan nyawa. Mereka rela berkorban apa saja demi membebaskan negeri ini dari kekuasaan penjajah. Hal ini dilakukan oleh mereka dengan penuh rasa nasionalisme dan patriotisme tinggi yang mencapai puncaknya pada Kongres Pemuda II yang menghasilkan Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928. Seiring berkembangnya zaman, rasa nasionalisme dan patriotisme dikalangan pemuda kian memudar. Hal ini dibuktikan dari berbagai sikap para pemuda dalam memaknai berbagai hal penting bagi Negara Indonesia. Contoh sederhana yang menggambarkan betapa kecilnya rasa nasionalisme para pemuda, diantaranya :
1.             Pada saat upacara bendera, masih banyak pemuda yang tidak memaknai arti dari upacara tersebut. Upacara merupakan wadah untuk menghormati dan menghargai para pahlawan yang telah berjuang keras untuk mengambil kemerdekaan dari tangan para penjajah. Para pemuda seakan sibuk dengan pikirannya sendiri, tanpa mengikuti upacara dengan khidmad.
2.             Pada peringatan hari besar nasional seperti Sumpah Pemuda, hannya dimaknai sebagai seremonial dan hiburan saja tanpa menumbuhkan rasa nasionalisme dalam benak mereka.
3.             Lebih tertariknya pemuda terhadap produk impor di bandinkan dengan produk buatas dalam negeri, dan lain – lain.

Rasa nasionalisme di kalangan pemuda pada saat ini hanya muncul bila ada suatu factor pendorong, seperti contohnya kasus pengklaiman beberapa kebudayan dan makanan khas Indonesia oleh Malaysia beberapa waktu yang lalu. Namun rasa nasionalisme para pemuda pun kembali berkurang seiring dengan meredanya konflik tersebut.

Lalu apa peran kita bersama dalam mengatasi kurangnya rasa nasionalisme di kalangan generasi muda ? yaitu sebagai berikut :
1.             Perlu adanya redefinisi atas pemahaman dan pelaksanaan nilai-nilai nasionalisme dalam diri pemuda Indonesia. Kegagalan meredefinisi nilai-nilai nasionalisme telah menyebabkan hingga kini belum lahir sosok pemuda Indonesia yang dapat menjadi teladan. Padahal tantangan pemuda saat ini berbeda dengan era tahun 1928 atau 1945. Jika dulu nasionalisme pemuda diarahkan untuk melawan penjajahan, kini nasionalisme diposisikan secara proporsional dalam menyikapi kepentingan pasar yang diusung kepentingan global, dan nasionalisme yang diusung untuk kepentingan negara. Dengan demikian peran orang tua masih sangat mendominasi segala sector kehidupan berbangsa dan bernegara.
2.             Kedua diharapkan pemerintah pusat dapat mempercepat distribusi pembangunan di semua daerah agar tidak tumbuh semangat etnonasionalisme dalam diri pemuda.
3.             Menempatkan semangat nasionalisme pada posisi yang benar. Nasionalisme tidak dapat diartikan secara sempit. Nasionalisme harus didefinisikan sebagai suatu upaya untuk membangun keunggulan kompetitif, dan tidak lagi didefinisikan sebagai upaya untuk menutup diri dari pihak asing seperti proteksi atau semangat anti semua yang berbau asing. Profesionalisme adalah salah satu kata kunci dalam upaya mendefinisikan makna nasionalisme saat ini. Dengan demikian, nasionalisme harus dilengkapi dengan sikap profesionalisme.


Ada kondisi tertentu yang membuat mereka bisa saling melengkapi bahkan kompatibel dengan rasa nasionalisme. Dalam globalisasi, posisi nasionalisme bisa dikatakan semakin kuat, karena timbulnya globalisasi dapat mendorong individu untuk  semakin meningkatkan rasa nasionalismenya.

Semoga bermanfaat . . . .

0 komentar:

Post a Comment